Kamis, 31 Mei 2012

"Hadis Salat Idul Fitri dan Salai Idul Adha"

Ibnu Abbas ra. berkata,"Bahwasanya Rasulullah saw. keluar dengan istri-istrinya dan anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha)."
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)


dodoedoo.blogspot.com

"Hadis Salat Rawatib"

Dari Ibnu Umar, sabda Nabi Saw:" Allah memberi rahmat kepada manusia yang salat empat rakaat sebelum asar".


dodoedoo.blogspot.com

"Hadis Salat Sunah Rawatib"


Dari Abdullah bin Umar, katanya:"Saya ingat Rasulullah Saw. dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat sesudah mahrib, dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh."(HR.Bukhari Muslim)

dodoedoo.blogspot.com

"Hadis Solat Jamak"


Rasulullah Saw. Bersabda.:

"Rasulullah Saw. apabila (berangkat dalam perjalanan) sebelum tergelincir matahari maka beliau mengakhirkan zuhur ke waktu asar. Kemudian beliau turun (berhenti) untuk menjamak(zuhur dan asar). Apabila telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau solat zuhur dahulu kemudian beliau naik kendaraan."(HR. Bukhari dan Muslim)


dodoedoo.blogspot.com

"Hadis Suuzan"

Rasulullah Saw. Bersabda.:

"Hati-hatilah kamu terhadap prasangka karena sesungguhnya prasangkai itu mendustakan perkataan."(HR.MUSLIM)


dodoedoo.blogspot.com

"Hadis Sifat Hasad Dan Suuzan"


Rasulullah Saw. Bersabda.:


"Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat dahulu, (yaitu) benci dan dengki. Itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut".(HR.Abu Daud dan Tirmidzi).


dodoedoo.blogspot.com

"Sejarah Hadis"


Sejarah Hadis pada Masa Sahabat
dan Tabi’in

Masa Sahabat
I. Pengantar
Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan
Rasulullah saw dalam keadaan mu’min dan
meninggal dalam keadaan mu’min.
Selain memperhatikan al-Qur’an, pada masa
ini Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali secara
sungguh-sungguh memperhatikan
perkembangan periwayatan hadis.
Hal ini berdasarkan perintah Nabi untuk
menyampaikan hadis kepada sahabat lain
yang tidak bisa hadir saat hadis disampaikan.
ﺐﺋﺎﻐﻟﺍ ﺪﻫﺎﺸﻟﺍ ﻎﻠﺒﻴﻟ ﻻﺃ
(ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻪﺟﺮﺧﺃ)
“Ingatlah, hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (HR.
Ibn Majah).
II. Hadis pada Masa Khulafa al-Rasyidin
Periwayatan hadis pada masa Abu Bakar dan
Umar bin Khattab masih terbatas disampaikan
kepada yang memerlukan saja, belum bersifat
pengajaran resmi. Demikian juga penulisan
hadis.
Periwayatan hadis begitu sedikit dan lamban.
Hal ini disebabkan kecenderungan mereka
untuk membatasi atau menyedikitkan riwayat
(Taqlil al-Riwâyah), di samping sikap hati-hati
dan teliti para sahabat dalam menerima hadis.
Ali bahkan hanya mau menerima hadis
perorangan jika orang tersebut bersedia
disumpah. Pada masa ini muncul
sektarianisme yang bertendensi politis
menimbulkan perbedaan pendapat dan
pertentangan, bukan saja dalam bidang politik
dan pemerintahan, tapi juga dalam ketentuan-
ketentuan keagamaan. Dari suasana itu
muncul pemalsuan hadis.
III. Metode Sahabat dalam Menjaga Sunnah Nabi
SAW.
1. Kehati-hatian dalam meriwayatkan hadis.
Seperti :
Metode Abu Bakar dan Umar dalam
menyelesaikan ketentuan hukum adalah
mengembalikan permasalahan pada Al-Qur’an.
Jika tidak menemukannya, maka ia bertanya
pada sahabat lain : ‘Apakah ada yang
mengetahui bahwa Rasul pernah memutuskan
perkara seperti itu?
Pada masa Khulafa al-Rasyidin, cenderung
membatasi atau menyedikitkan riwayat
(Taqlil al-Riwâyah).
Seusai meriwayatkan hadis, mereka akan
mengatakanﻝﺎﻗ ﺎﻤﻛ , ﺍﺬﻫ ﻮﺤﻧ atau kata
yang sejenisnya.
2. Kecermatan (selektif) sahabat dalam
menerima riwayat.
Jaminan akan kesahihan riwayat dan kapasitas
pembawanya.
Mencari hadis dari perawi lain.
Meminta kesaksian selain periwayat.
IV. Cara Meriwayatkan Hadis
Periwayatan Lafzi – redaksinya – matannya
persis seperti yang diwurudkan Rasul. Sahabat
yang paling terkenal meriwayatkan dengan
lafzi adalah Abdullah bin Umar.
Periwayatan Maknawi, periwayatan hadis
yang matannya tidak persis sama dengan yang
dari Rasul akan tetapi isi/mak
I. Pengantar
Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan
Rasulullah saw dalam keadaan mu’min dan
meninggal dalam keadaan mu’min.
Selain memperhatikan al-Qur’an, pada masa
ini Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali secara
sungguh-sungguh memperhatikan
perkembangan periwayatan hadis.
Hal ini berdasarkan perintah Nabi untuk
menyampaikan hadis kepada sahabat lain
yang tidak bisa hadir saat hadis disampaikan.
ﺐﺋﺎﻐﻟﺍ ﺪﻫﺎﺸﻟﺍ ﻎﻠﺒﻴﻟ ﻻﺃ
(ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻪﺟﺮﺧﺃ)
“Ingatlah, hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (HR.
Ibn Majah).
II. Hadis pada Masa Khulafa al-Rasyidin
Periwayatan hadis pada masa Abu Bakar dan
Umar bin Khattab masih terbatas disampaikan
kepada yang memerlukan saja, belum bersifat
pengajaran resmi. Demikian juga penulisan
hadis.
Periwayatan hadis begitu sedikit dan lamban.
Hal ini disebabkan kecenderungan mereka
untuk membatasi atau menyedikitkan riwayat
(Taqlil al-Riwâyah), di samping sikap hati-hati
dan teliti para sahabat dalam menerima hadis.
Ali bahkan hanya mau menerima hadis
perorangan jika orang tersebut bersedia
disumpah. Pada masa ini muncul
sektarianisme yang bertendensi politis
menimbulkan perbedaan pendapat dan
pertentangan, bukan saja dalam bidang politik
dan pemerintahan, tapi juga dalam ketentuan-
ketentuan keagamaan. Dari suasana itu
muncul pemalsuan hadis.
III. Metode Sahabat dalam Menjaga Sunnah Nabi
SAW.
1. Kehati-hatian dalam meriwayatkan hadis.
Seperti :
Metode Abu Bakar dan Umar dalam
menyelesaikan ketentuan hukum adalah
mengembalikan permasalahan pada Al-Qur’an.
Jika tidak menemukannya, maka ia bertanya
pada sahabat lain : ‘Apakah ada yang
mengetahui bahwa Rasul pernah memutuskan
perkara seperti itu?
Pada masa Khulafa al-Rasyidin, cenderung
membatasi atau menyedikitkan riwayat
(Taqlil al-Riwâyah).
Seusai meriwayatkan hadis, mereka akan
mengatakanﻝﺎﻗ ﺎﻤﻛ , ﺍﺬﻫ ﻮﺤﻧ atau kata
yang sejenisnya.
2. Kecermatan (selektif) sahabat dalam
menerima riwayat.
Jaminan akan kesahihan riwayat dan kapasitas
pembawanya.
Mencari hadis dari perawi lain.
Meminta kesaksian selain periwayat.
IV. Cara Meriwayatkan Hadis
Periwayatan Lafzi – redaksinya – matannya
persis seperti yang diwurudkan Rasul. Sahabat
yang paling terkenal meriwayatkan dengan
lafzi adalah Abdullah bin Umar.
Periwayatan Maknawi, periwayatan hadis
yang matannya tidak persis sama dengan yang
dari Rasul akan tetapi isi/makna akan tetap
terjaga secara utuh, sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh Rasul tanpa ada perubahan
sedikitpun.
Masa Tabi’in
I. Hadis pada Masa Tabi’in
Tabi’in adalah mereka yang bertemu dengan
sahabat nabi dalam keadaan beriman dan
meninggal dalam keadaan beriman.
Wilayah kekuasaan Islam sudah meluas.
Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan
Spanyol. Hingga beberapa sahabat hijrah ke
wilayah tersebut demi mengemban tugas.
Pada masa ini hingga akhir abad pertama,
banyak di antara tabi’in yang menentang
penulisan hadis. Di antaranya: Ubaidah bin
Amr al-Salmani al-Muradi (72 H), Ibrahim bin
Yazid al-Taimi (92 H), Jabir bin Zaid (93 H) dan
Ibrahim bin Yazid al-Nakha’i (96 H). Larangan
penulisan tersebut karena :
Khawatir pendapatnya ditulis bersisian dengan
hadis sehingga tercampur.
Larangan tersebut hanya pribadi, sementara murid-
muridnya dibiarkan mencatat.
II. Metode Tabiin dalam Menjaga Sunnah Nabi
Saw.
1. Menempuh metode yang sudah dilakukan
para sahabat.
2. Menerima riwayat dari orang yang
kapasitasnya tsiqah dan dhabit.
3. Meminta sumpah dari periwayatnya saat
mencari dukungan dari perawi lain.
4. Melakukan rihlah untuk mengecek hadis dari
pembawa aslinya.
III. Kodifikasi Hadis Secara Resmi
Kodifikasi hadis secara resmi dipelopori
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifah
kedelapan pada masa Bani Umayyah yang
memerintah tahun 99-101 H.). Dia
menginstruksikan kepada para Gubernur di
semua wilayah Islam untuk menghimpun dan
menulis hadis-hadis Nabi. Selain itu khalifah
juga memerintah Ibn Hazm dan Ibn Syihab al-
Zuhri (50-124 H) untuk menghimpun hadis
Nabi SAW.
Semboyan al-Zuhri yang terkenal al isnaadu
minad diin, lau lal isnadu la qaala man syaa-a
maa syaa-a (artinya : Sanad itu bagian dari
agama, sekiranya tidak ada sanad maka
berkatalah siapa saja tentang apa saja).
IV. Motif Umar bin Abdul Aziz
1. Kekhawatiran akan hilang Hadis dari
perbendaharaan masyarakat, sebab belum
dibukukan.
2. Untuk membersihkan dan memelihara Hadis
dari Hadis-hadis maudhu’ (palsu) yang dibuat
orang-orang untuk mempertahankan ideologi
golongan dan mazhab.
3. Tidak adanya kekhawatiran lagi akan
tercampurnya Al-Qur’an dan hadis, keduanya
sudah bisa dibedakan. Al-Qur’an telah
dikumpulkan dalam satu mushaf dan telah
merata diseluruh umat Islam.
4. Ada kekhawatiran akan hilangnya hadis
karena banyak ulama Hadis yang gugur dalam
medan perang.
V. Kodifikasi Hadis Pada abad kedua
Kitab hadis yang ada, masih bercampur aduk
antara hadis-hadis Rasulullah dengan fatwa-
fatwa sahabat dan tabi’in, belum dipisahkan
antara hadis-hadis yang marfu’, mauquf dan
maqthu, dan antara hadis yang shahih, hasan
dan dla’if.
Kitab Hadis yang masyhur :
1. Al-Muwaththa – Imam Malik pada 144 H -
atas anjuran khalifah al-Mansur. Jumlah hadis
yang terkandung dalam kitab ini kurang
lebih1.720 hadis.
2. Musnad al-Syafi’i – mencantumkan seluruh
hadis dala kitab “al-Umm”.
3. Mukhtalif al-Hadits – karya Imam Syafi’i -
menjelaskan cara-cara menerima hadits
sebagai hujjah, menjelaskan cara-cara
mengkompromikan hadits-hadits yang
kontradiksi satu sama lain.
VI. Kodifikasi Hadis Pada abad ketiga
Pada abad ke-3, yang berperan adalah
generasi setelah tabi’in.
Telah diusahakan untuk memisahkan hadis
yang shahih dari Al-Hadits yang tidak shahih
sehingga tersusun 3 macam kitab hadis, yaitu :
1. Kitab Shahih – (Shahih Bukhari, Shahih
Muslim)
2. Kitab Sunan – (Ibnu Majah, Abu Dawud, Al-
Tirmizi, Al-Nasai,
3. Al-Darimi) – berisi hadis shahih dan hadis
dha’if yang tidak munkar.
4. Kitab Musnad – (Abu Ya’la, Al Humaidi, Ali
Madaini, Al Bazar, Baqi bin Mukhlad, Ibnu
Rahawaih) – berisi berbagai macam hadis
tanpa penelitian dan penyaringan dan hanya
digunakan para ahli hadis untuk bahan
perbandingan.
Produk PKH
CD Potret Pribadi dan Kehidupan
Rasullulah SAW
DVD ini memberikan
jawaban buat semua,
terlebih ummat Islam.
Dalam aplikasi ini, sosok
nabi Muhammad SAW
digambarkan sedemikian
gamblang dan jelas dari
berbagai sisi.
Selengkapnya
Konsultasi Sebelumnya
Pengajaran dan Pembelajaran Hadis
Hadis “Surga di telapak kaki ibu”
Arsip
Copyright @Pusat Kajian Hadis
Posted from WordPress for Android


dodoedoo.blogspot.com
dodoedoo.wordpress.com

"Hadis Berpuasa"

Sabda Rasulullah Saw.:

"Dari Ibnu Umar ia berkata, saya telah mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda: Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang-orang yang berpuasa."(H.R. BUKHARI dan MUSLIM)


dodoedoo.blogspot.com

Selasa, 29 Mei 2012

"Hadis Larangan Berbicara pada waktu sholat jum'at"




Rasulullah Bersabda:"Apabila engkau berkata-kata kepada temanmu sewaktu khatib(iman) berkhutbah, maka ia telah lalai.Telah sia-sialah Jum'atannya"


dodoedoo.blogspot.com